Senin, 26 Januari 2009

TERNYATA……….

Pagi di depan Pangrango Plaza Bogor, di dalam mobil jemputan, menunggu seorang teman. Seorang anggota CPM berdiri di tengah jalan depan gerbang Kebon Raya Bogor.
Tangannya melambai-lambai memberikan isyarat agar mobil melaju atau melambat bahkan berhenti. Beberapa mobil masuk ke gerbang Kebun Raya melalui jalur yang sebenarnya terlarang. Tidak ada polisi di sana. Kami langsung mengira ada acara yang diadakan oleh salah satu lembaga militer.

Tiba-tiba ada bunyi rem mendadak dari sebuah kijang lama. Di depannya, sebuah angkot juga melakukan hal yang sama. Sebuah mobil yang akan mengikuti acara, kebablasan sehingga harus ngerem mendadak untuk belok kanan. Mungkin awalnya dia akan melakukan hal yang benar dengan berputar dulu, karena melihat ada tentara yang berjaga di situ maka ia pun mendadak belok kanan tanpa mempedulikan kendaraan di belakangnya. Seenaknya sendiri, kalangan tentara, tidak peduli keselamatan orang lain, melanggar aturan, tidak ada yang berani melarang. Itulah sedikit gambaran kehidupan di negeri ini. Masih dimiliki oleh sekelompok orang.

Ada juga berita tentang pemukulan seorang tentara berpakaian preman yang menumpang kereta api tanpa membayar. Sering juga kita saksikan tentara naik kendaraan umum tanpa membayar.

Pemilihan pemimpin bangsa ini juga masih didominasi oleh paduan militer, artinya militer tidak bisa dipisahkan dari kehidupan negeri ini. Setelah lebih dari tiga puluh tahun dipimpin oleh seorang militer, militerisme begitu kuat mencengkeram sendi kehidupan bangsa ini, mungkin itulah salah satu pengaruh peran sospol yang pernah dicanangkan oleh para pendahulu bangsa yang didominasi oleh kalangan militer. Pengaruh Soekarno yang sipil sama sekali dihancurkan tanpa jejak. Maka tak ayal, begitu banyak dugaan akan peran militer dalam coupe terhadap pemerintahan Soekarno.

Setelah era Soeharto, beberapa saat negeri ini dipimpin oleh kalangan sipil dan dianggap tidak berhasil. Ketika SBY yang militer maju dalam pemilihan presiden, secara otomatis mendapat dukungan dari banyak kalangan dengan kombinasi sipil-militer.

Sampai saat ini, militer dari angkatan manapun masih merasa sebagai kalangan kelas satu sampai lima di negeri ini, yang lain kelas enam ke atas. Gaya premanisme, backing perusahaan, menjadi komisaris di perusahaan-perusahaan, dll. Mungkin rakyat negeri ini harus masih bersabar mendapatkan hak yang sama akan kemakmuran dan kekayaan negeri ini. Memang tidak hanya militer, etnis tertentu, kalangan berduit, pejabat gila harta, wakil rakyat silau dunia, adalah bentuk lain penjajahan terhadap perikehidupan bangsa ini.

Ternyata…belum ada perubahan yang berarti setelah sepuluh tahun reformasi…..maka bersabarlah…!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar